Jumat, 16 Mei 2014

Di bagian barat Provinsi Gorontalo ada sebuah kampung yang berdiri di atas permukaan laut Teluk Tomini namanya Torosiaje, kamapung yang berdiri sejak 1901 itu di huni oleh suku Bajo yang di kenal sebagai pelaut yang tangguh. kini torosiaje menjelma menjadi perkampungan wisata yang elok dan menampilkan pesona lain dari Gorontalo.

Torosiaje merupakan perkampungan yang terletak 600 meter dri daratan kecmatan Popayato, kabupaten pohuwato , atau sekitar tujuh jam perjalanan darat menuju arah barat dari ibukota provinsi Gorontalo. setiba di dermaga torosiaje, pengunjung akan disambut oleh perahu yang banyak bersandar di dermaga (ojek perahu). satu orang penumpang di pungut Rp 3.000 menuju perkampung torosiaje yang membutuhkan waktu 10 menit berperahu.

Rumah-rumah di torosiaje berupa rumah panggung yang semuanya berbahan kayu. setiap rumah terhubung dengan koridor yang menjadi jalan utama sebesar 2 meter dan panjangnya 2,2 kilometer berpola huruf U.


dalam sejarah yang di ceritakan  secara turun menurun, toro dalam bahasa bajo adalah 'Tanjung' dan siaje merupakan julukan kepada seseorang yang berarti 'si Aje' (si Haji). Artinya, Torosiaje adalah tanjung yang ditemukan oleh seorang pria bergelar haji dan di panggil siaje saat itu. Awal berdirinya kampung torosiaje hanya terdapat puluhan jiwa.

saat itu hanya ad sekitar 34 jiwa awal di temukan kampung torosiaje ini, lama kelamaan jumlahnya makin banyak, bahkan hingga sebagian ada yang pindah ke daratan.

kini, torosiaje menjelma menjadi perkampungan modern yang dihuni kurang lebih 1.400 jiwa. Tiap rumah sudah teraliri  listrik. Dalam banyak kesempatan, sekali terdengar suara musik yang di putar kencang dari sound system milik warga. Telepon seluler bukan hal yang asing bagi masyarakat setempat karna anak-anak pun sudah menggunakan.

WISATA BHARI
Dideklarasikan sebagai wisata kampung wisata bahari pad tahun 2007 oleh pemerintah setempat. Torosiaje menawarkan wisata bahari yang cukup menawan. pemandangan di pagi hari atau menjelang matahari terbit menawarkan pesona alam dan pantulan cahaya matahari pagi hari mengubah permukaan air laut di torosiaje seperti hamparan emas bersinar kekuningan. Hilir perahu orang bajo yang di sebut sope sangat bagus menjadi sasaran kamera wisatawan yang gemar fotografi.

panorama saat matahari tenggelam pun tak kalah. pemandangan detik per detik matahari tenggelam di kaki langit sangat sayang di lewatkan. saat itu, matahari merubah warna kemerahan dengan ukuran yang lebih besar ketimbang pada siang hari, bahkan malam hari keindahan torosiaje belum habis, kemilau lampu rumah warga ibarat ratusan kunang-kunang di atas laut.

Di torosiaje ada penginapan yang sudah di sediakan oleh pemerintah setempat, yang berjumlah enam unit yang tarifnya Rp 100.000 per malam, jika kamar terisi penuh, pengunjung bisa menginap di rumah warga yang juga disewakan dengan tarif yang sama di penginapan. untuk urusan makan tak perlu dicemaskan di Torosiaje ini, menu utama makanan disana adalah ikan yang benar-benar segar dari laut. ikan bakar dengan "Dabu-dabu" (sambal khas Gorontalo) adalah menu andalan di torosiaje.

jika pengunjung menginap, pengunjung akan di pungut biaya tambahan air bersih sebesar Rp 10.000 untuk satu bak air berukuran 110 liter.


0 komentar :

Posting Komentar